Banyak sekali yg ragu-ragu apakah “relief well” ini masih dapat diandalkan sebagai cara menangani banjir lumpur panas di Sidoarjo ini. Nah saya uraikan beberapa kemungkinan penanganan dengan relief well ini. Apakah benar para ahli dari luar negeri sudah berpengalaman dengan semburan liar seperti yg terjadi di Porong ini ?
Tentunya kawan-kawan sudah mengerti bagaimana terjadinya
BlowOut (BO) maupun
Underground Blowout (UGBO).
Relief well merupakan metode mematikan sumur yang mengalami semburan liar. Secara mudahnya digambarkan seperti disamping itu.
Warna merah merupakan sumur yg mengalami BO dimisalkan sumur yg miring juga. Warna hijau ‘relief well’nya. Sumur hijau melakukan pengeboran miring tentunya jurubornya harus “titis”/jitu dalam mengarahkan lubang. Bayangin aja dalam jarak 500-1000 meter lokasinya harus mengarahkan ke lubang bor yang hanya 10 inci !. Tidak jarang pengeboran harus dilakukan beberapa kali sehingga dekat dengan lubang sumur yg mengalami BO. Dengan melakukan pengeboran disamping sumur yang BO ini kemudian dipompakan lumpur berat.
UGBO yang paling sering terjadi adalah BO pada lokasi dekat “casing shoe”, lubang terbuka paling atas. Loh, kenapa paling atas lubang terbuka ? Di kedalaman ini seringkali dilakukan uji kekuatan batuan atau disebut LOT (leak of Test) juga ada yang disebut FIT (Formation Integrity Test). Test ini untuk melihat seberapa besar daya tahan batuan menahan tekanan. Titik paling atas ini memiliki daya tahan tekanan paling kecil. Tempat jebolnya bisa juga pada kedalaman dimana casing tidak tersemen dengan baik. Sehingga lubang menembus lewat sisi disamping casing seperti yang digambarkan dibawah ini.
UGBO yg terjadi di beberapa tempat seperti di Sumatra Utara beberapa tahun lalu seperti disebelah kiri ini. Ketika lumpur bor dipompa ternyata menyembur disekitar lokasi pengboran. Ketika pompa dimatikan ya tidak terjadi apa-apa. Artinya jebolnya batuan karena tekanan lumpur berat sitambah tekanan akibat dipompa. Salah satu caranya ya dipompakan semen kedalam lubang. dengan beratjenis semen yg besar maka akan kuat menahan tekanan dari bawah, sehingga semen mampu untuk menutup rekahan yg terbentuk.
Kalau saja ditangani dengan cara memompakan semen seperti diatas ini tidak berhasil dan problemnya keterusan, maka akan sangat mungkin fluida bertekanan dibawahnya ikutan nendang keatas (kick).
Case 1 ini salah satu yang diduga terjadi di BPJ-1. Coba saja amati adanya “fish“, sisa rangkaian pengeboran yg terjepit didalam casing. Ini menunjukkan kemungkinan casingnya “collapse” dan menjepit rangkaian bor.
Sangat mungkin collapse terjadi akibat penyemenan yang tidak sempurna. Perlu dilihat detil operasi penyemenan dan log semen (CBL-Cement Bond Log) sebelum terjadinya peristiwa kick-UGBO ini.
Ada kemungkinan lain yaitu seperti yang terlihat pada Case 2 dibawah. Yaitu melewati zona lemah dibawah casing shoe diatasnya. Zona lemah ini bisa saja rekahan yg sudah ada sebelumnya, misalnya zona patahan yg terlihat di sekitar sumur BPJ-1 dan disekitar sumur Porong-1.
Seandainya saja Case 1 atau Case 2 ini yang terjadi di BPJ-1 maka penanganan dengan relief well dapat diharapkan akan berhasil. Itulah sebabnya usaha relief well tetap harus dilakukan. Dan saat ini sudah ada tiga tempat yang diharapkan dapat dipakai sebagi lokasi relief well.
Target yang dapat dipakai untuk mematikan semburan ini ada dibawahnya tentusaja. Tentunya dengan teknik drilling khusus inilah maka design drilling relief well dapat dibuat dengan baik. Tentusaja masih diperlukan bantuan-bantuan ahli geologi dan geofisika dalam menginterpretasi data-data bawah permukaan termasuk seismic serta data-data sumur disekitarnya. mendeteksi kemungkinan Case 1 atau Case 2 supaya targetnya relief well ini tepat sasaran.
Kendala yang mungkin dihadapi seandainya case 2 ini melewati zona rekahan/patahan adalah ukuran serta geometri dari rekahan ini bukan seperti pipa tetapi “bidang”. Tentusaja bidang ini menjadi agak sulit utk ditutup. Walaupun bukan berarti tidak mungkin. Hanya perlu pompa semen yg cukup besar. namun kalau saja masih berujung pada lubang sumur, ya tentusaja masih bisa diharapkan relief well ini akan berhasil, kan ? Berdoa donk !
Kasus yang paling pelik akan dihadapi seandainya terjadi kasus ke tiga ini. Case 3 sangat mungkin merupakan kelanjutan sebuah UGBO yang sangat parah dimana lubang sumur sudah bukan merupakan jalan keluarnya lumpur. Atau memang sejak awal tidak ada hubungan antara sumur dengan semburan lumpur ini. Tentunya anda masih ingat kemungkinan adanya gejala alam lain (gempa-liquefaction) dimana semburan ini tidak disebabkan oleh pengeboran.
Worse case scenario.
Seandainya digabungkan semua kemungkinan-kemungkinan lubang keluarnya case 1 – 2 – 3, dengan sumber lumpur seperti yg ditulis sebelumnya tentang sumber keluarnya lumpur dari mana ? maka kita menghadapi mission impossible. Hanya saja sebagai manusia, kita tetap harus berusaha dan tidak boleh berputus asa. Kemungkinan-kemungkinan kecil tetap menjadi harapan penyembuhan.
Lah wong ngebor untuk mendapatkan minyak ini juga rata-rata success chance serta succes ratio-nya juga dibawah 10% kok.
namun bukan berarti mengandalkan ke satu cara saja kan ? Menurutku, usaha membuang lumpur serta menyelamatkan penduduk merupakan tujuan terpenting disini. Manusia yg harus dilindungi termasuk yang tinggal jauuh di lain tempat, karena lokasinya kebetulan berada pada urat nadi ekonomi Jawa Timur. Pembuangan lumpur juga harus tepat looh.
Jadi kalau dilihat dari atas kemungkinan besar para ahli dari luar negeri yg didatangkan itu ahli yg berpengalaman “menyembuhkan” kasus 1 atau mungkin sedikit kasus 2. Sedangkan kasus lumpur Sidoarjo ini masih belum jelas yang mana. Kalau hanya kasus 1 tentunya ahli-ahli lokalpun akan sangat mungkin menyembuhkannya, tetapi kalau kasus 2 dimana melewati sebuah patahan ya tentunya menjadi komplikated dan sangat jarang terjadi, apalagi kasus 3.
http://rovicky.wordpress.com/2006/08/31/mungkinkah-relief-well-berhasil/